SEMANGAT PROMIL [LAGI]
Niat hati pengen belajar [konsisten] nulis blog,
tapi apa daya justru vakum dan terbengkalai bertahun-tahun.
Masih dalam suasana tahun baru dengan semangat
baru dan gairah baru serta resolusi baru.
Cerita promil kali ini, kita sepakat untuk ganti
dokter. Bukan karena kita ga percaya sama kemampuannya dokter Alfaina, tapi karena
teman dekat kita merekomendasikan untuk konsultasi ke wali murid yang juga
berprofesi sebagai dokter obsgyn. Bismillah, ikhtiar katanya. Baiklah, apa
salahnya kita coba?
Gayung bersambut. Suamiku memang mengenal beliau
dan sudah pernah ketemu dengan beliau langsung di sebuah acara, jadi suamiku
yang menghubungi beliau. Selang hari berikutnya beliau merespon dan langsung
buat janji ketemuan. Tanggal 24 januari 2019, hari kamis selepas sholat isya kita
berangkat menuju ke apotek Sultan
Agung. Di tempat
itulah beliau membuka praktek. Prosedurnya sama seperti promil terdahulu, kita
diminta untuk mengambil nomor antrian, menuliskan nama, ditimbang berat
badannya, diperiksa tekanan darahnya lalu diminta untuk mengisi data diri
karena saya adalah pasien baru.
FYI kita konsultasi ke dokter Anis.
Kira-kira setengah jam menunggu, tiba saatnya
giliran kami. Deg-deg an udah pasti. Takut, jujur iya tetep ada rasa takut.
Alhamdulillah beliau sangat welcome dan
komunikatif. Karena kami sudah pernah promil juga sebelumnya jadi beliau
berusaha menggali informasi sudah sejauh mana perjalanan promil kami.
Singkat cerita,
saya diminta melakukan
USG. Hal yang paling tidak nyaman saat USG adalah rasa geli. [serius saya paling ga tahan geli]. Menurut
pengamatan dokter, rahim saya bersih, tidak ada kista, tidak ada miom. Hanya
saja kita tidak tahu apakah salurannya tersumbat atau tidak karena tidak
terdeteksi melalui USG dan hanya dapat terlihat hasilnya jika kita melakukan
pemeriksaan HSG. [jujur ya, tiap kali mendengar kata HSG tu rasanya langsung
ngilu seluruh tubuh. Lebay. Memang. Salah saya sendiri dulu pake acara search
HSG di youtube. Lagian siapa yang ga kepo coba?]
Cukup, back to the main topic.
Setelah pemeriksaan USG dan
konsultasi panjang lebar, kami putuskan untuk melakukan induksi lagi bulan
depan. Jadi untuk saat ini sambil menunggu periode haid bulan berikutnya, kami
diberi vitamin E untuk dikonsumsi suami istri. Dokter juga meminta suami saya
untuk melakukan cek lab
lagi agar mendapatkan hasil terupdate. Beliau menyarankan agar suami saya
melakukan cek lab waktu pagi hari dalam keadaan bugar dan puasa [I’m sure you already knew lah] dua hari. Dan cek lab tersebut harus dilakukan sebelum saya haid
bulan depan [februari].
Jika bulan ini tidak berhasil terjadi
konsepsi, dokter membuatkan resep obat hormonal untuk dikonsumsi bulan depan
pada hari kedua haid. Beliau menganjurkan agar obat tersebut dikonsumsi secara
ritmis, maksudnya obat tersebut harus diminum pada jam yang sama tiap harinya
agar kinerja obat tersebut bisa maksimal.
0 komentar:
Posting Komentar