Rabu, 21 Mei 2025

Free Voucher 100%

Pekan yang lalu saya iseng scroll Instagram dan mendapati flyer sebuah klinik menawarkan voucher konsultasi dan USG gratis, dengan catatan hanya berlaku hingga tanggal 30 Mei 2025. Saya hubungilah kontaknya untuk menanyakan syarat dan ketentuannya. Lalu dibalaslah oleh admin dan disebutkan bahwa terdapat 10 syarat dan ketentuan yang berlaku. Setelah saya cermati, saya cukup memenuhi syarat yang ditawarkan. Maka saya konfirmasi bahwa saya akan mendaftar. Oleh admin, saya diminta melengkapi formulir yang berisi 9 pertanyaan tentang data diri calon pasien serta tanggal appointment. Setelah selesai membuat appointment, admin menginformasikan tentang persyaratan pasien baru agar membawa KTP dan buku nikah.

Selang beberapa hari setelahnya, saya dihubungi oleh admin yang berbeda. Beliau adalah patient support. Beliau menghubungi saya untuk keperluan anamnesa atau menanyai seputar riwayat kesehatan serta promil. Saya lupa ada berapa jumlah pertanyaan yang diajukan, tapi intinya semua pertanyaan tentang riwayat kesehatan pribadi pasien dan pasangan. Hampir kurang lebih setengah jam mungkin sesi tanya jawab dengan patient support.

Sore hari itu, tanggal 20 Mei 2025, saya memang sudah terjadwal konsultasi dan tindakan USG dengan dokter jam 3, sehingga saya diminta datang 30 menit lebih awal untuk registrasi ulang, pengukuran tensi dan timbang badan. Menjelang jam 3 kita sampai di klinik, lalu dipersilakan duduk di ruang tunggu sembari menunggu panggilan.

Tiba giliran saya dipanggil untuk registrasi ulang, lalu ke bagian nurse station untuk pengukuran tensi dan timbang badan, dan hasilnya adalah :

TD

136/82mmHg

BB

47,6 kg

HPM

19/5/2025

Oleh admin diinformasikan bahwa saya harus buang air kecil dulu sebelum tindakan, dan dokter Erick sudah dalam perjalanan menuju klinik. Tidak berselang lama dokter Erick datang, saya bergegas ke toilet. Setelahnya kami dipersilakan masuk ke ruang dokter. Sebelum dilakukan pemeriksaan, dokter Erick terlebih dahulu menanyakan tentang hasil AMH, AS, DFI, HSG dan IUI sebelumnya. Setelah itu, dilakukanlah tindakan USG TransV dengan didampingi patient support. Dokter Erick banyak bertanya tentang riwayat haid saya, lalu menjelaskan bahwa ada adenomiosis dan kista coklat berukuran 1,6 cm. Kaget? Pasti lah

Tapi saya menyadari, saya sudah 6 tahun vakum promil, sehingga selama rentang waktu itu bisa saja terjadi sesuatu di dalam rahim saya. Meski dalam hati juga bertanya-tanya, apakah ini muncul tiba-tiba? Mengingat ukuran kistanya belum begitu besar. Atau sebenarnya sudah ada sejak dulu, namun dokter-dokter sebelumnya tidak memberitahukan? Entahlah

Kenapa lama banget nunggunya sampai 6 tahun baru tergerak hati ke dokter lagi? Karena setelah gagal insem, saya terpuruk. Sedih? Jelas

Why? Karena uang jutaan melayang sia-sia. Kecewa, karena orang tua justru menyalahkan saya yang tidak sadar diri bahwa usia semakin menua, menganggap saya bodoh, tidak bisa berpikir, hanya karena saya tidak bersedia mengikuti anjuran untuk mencoba akupuntur. Saya merasa sendiri, tidak punya support system. Tapi saya belajar bahwa tiap pribadi pejuang garis dua pasti pernah melalui fase kelam, terpuruk, seakan menyalahkan takdir. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan bahwa sesungguhnya kamu itu kuat lho, buktinya kamu diterpa ujian ini, kamu mampu melaluinya.

Kembali ke temuan di dalam rahim saya, untuk masalah adeno, cukup logis, karena sejak SMA, ketika saya haid memang sakit luar biasa. Cuma waktu itu masih miskin ilmu, minim wawasan juga, jadi saya abaikan, sesekali beli dan minum kiranti, meski ngga ada efeknya juga. Setelah kuliah, beruntung ada teman yang ngasih tahu tentang obat pereda nyeri. Sejak saat itu sampai sekarang, tiap kali haidnya sakit, saya pasti langsung minum obat agar tetap bisa beraktifitas. Dan tentang obat ini pun saya sebutkan ke dokter Erick.

Kembali tentang USG, menurut saya yang minim pengalaman karena sejauh ini baru “shopping” 5 dokter saja, dokter Erick adalah yang paling detail penjelasannya. Entah ya, saat dulu insem, mungkin waktu itu saya masih sedikit ilmu, benar-benar minim wawasan, jadi ketika dokter bilang apa, saya iya-iya saja, manut, pasrah. Tapi memang menurut saya, sekarang saya lebih persiapan, sudah tidak blank headed saat datang ke dokter, jadi pertanyaan-pertanyaan saya lebih terarah, lebih mendetail juga, karena sudah ada bekal pengetahuan hasil dari ikut-ikut webinar dan seminar.

Kurang lebih mungkin ada setengah jam kami konsultasi dengan dokter Erick hingga akhirnya suami disarankan untuk cek hormon LH, FSH dan Testosteron. Dan jika kami sudah mantap menghendaki program IVF, maka kami perlu melakukan skrinning yang meliputi :

Untuk istri

Untuk suami

Anti HIV

Anti HIV

Anti Toxoplasma

HBSAg

Anti Rubella

Anti HCV

Anti CMV

VDRL

HBSAg

 

Anti HCV

 

VDRL

 

Untuk skrinning bisa dilakukan di laboratorium manapun.

Setelah sesi konsultasi selesai, kami diminta kembali ke nurse station untuk mengambil buku catatan pemeriksaan dan print out USG. Kami juga banyak bertanya tentang estimasi biaya IVF di situ. Setelah itu kami diminta ke kasir untuk bayar, dengan rincian :

Administrasi JIH

  27.750

BFS Promotion :

Consultation and USG

532.800

Clinic Administration

  66.600

Patient Medication Record Book

  38.850

Total + PPN

666.000

PPN dibebaskan

  66.000

Sedianya kami harus bayar total 600.000, namun karena saya klaim voucher, maka dapat promo diskon 480.000, sehingga hanya membayar 120.000 saja. Setelah itu kami pindah ke bagian farmasi untuk copy resep. Kami berdua diresepkan :

 

Queenvit

Sebanyak 30 tablet

Untuk istri

Diminum pagi hari

Kingvit

Sebanyak 30 tablet

Untuk istri

Diminum pagi hari

L Vit D3 5000 iu

Sebanyak 60 tablet

Untuk suami istri

Diminum pagi hari

Q-Hart

Sebanyak 60 tablet

Untuk suami istri

Diminum malam hari

Mengapa kami memilih copy resep? Karna saat admin menunjukkan struk resep, tertera 2 juta sekian untuk bayar obat tersebut. Dan memang admin menawarkan, ambil obat atau copy resep saja? Jadi kami pilih copy resep saja, nanti beli di apotek yang harganya jauh lebih terjangkau.

Kesimpulannya, saya lega bisa periksa dalam kondisi sedang haid, dapat voucher pula, sehingga lebih ringan biayanya. Karena jika semakin saya tunda, semakin tidak tahu bagaimana kondisi di dalam rahim saya saat ini. Beruntung sekarang terdeteksi, karena selama ini kami berada dalam kategori unexplained infertility, karena berkali-kali USG TransV sebelum insem namun tidak ditemukan apa-apa baik itu miom, kista, perlengketan, dll.

PR saya selanjutnya adalah browsing harga pemeriksaan LH, FSH dan Testosteron di laboratorium mana yang paling terjangkau alias murah.


Senin, 28 April 2025

AS Lagi Dan DFI

 

Hari Sabtu siang, pukul 11.30 kami berangkat menuju Morula IVF Centre. Sampai di lokasi, kami diminta menunggu antrian. Tiba giliran kami menuju meja resepsionis. Suami menanyakan perihal AS dan DFI, tentang bagaimana prosedur tindakannya serta rincian biayanya. Beberapa hari sebelumnya, tepat pada hari Selasa tanggal 22 April, saya beruntung mendapatkan voucher discount 50% untuk cek AS di Morula Jakarta setelah mengikuti salah satu webinar dari owner Pejuang IVF Indonesia. Namun setelah saya diskusikan dengan admin, akhirnya saya diberi kelonggaran agar dapat menggunakan voucher tersebut di Morula Jogja. Sebetulnya saya sangat berharap saya dapat menggunakan voucher tersebut agar dapat potongan 50% untuk AS, nanti sisanya kami bayar mandiri. Karena jika dibandingkan dengan laboratorium lain, harga di Morula jelas lebih mahal. Di laboratorium Pramita harganya jauh lebih terjangkau, ditambah lagi saya adalah member dari group WA Pejuang Buah Hati, sehingga bisa dapat harga khusus. Tapi karena sudah terlanjur sampai di Morula, karena niat awalnya agar bisa memanfaatkan voucher discount, jadilah suami mengiyakan untuk AS dan DFI hari itu juga di Morula. Katanya, bismillah, semoga hasilnya baik. Padahal aslinya kondisi keuangan sedang tidak baik-baik saja. Jujur selama ini suami 2x cek AS di Laboratorium Parahita, saya tidak pernah menemani. Saya hanya pernah sekali menemani suami masturbasi di RSI Klaten, sesaat sebelum dilakukan tindakan inseminasi.

Untuk persyaratannya, kami diminta mengirimkan foto KTP dan buku nikah, mencatat berapa lama abstain serta suami diminta mengisi formulir dan tanda tangan. Setelah semua persyaratan terpenuhi, kami diantar oleh staf resepsionis ke “ruangan horror” (saya menyebutnya demikian). Aslinya di pintu kamar tertulis Ruang Masturbasi. Staf tersebut menjelaskan prosedur sebelum melakukan masturbasi bahwa disediakan cairan pelumas, ada formulir yang harus diisi setelah selesai masturbasi, tabung spesimen untuk menampung cairan semen, serta kotak untuk meletakkan tabung spesimen dan formulir setelah selesai diisi. Kotak tersebut terhubung dengan ruang andrologi, sehingga privasi pasien jelas terjaga. Terdapat tombol bel di samping kotak, suami diminta memencet tombol bel tersebut bila masturbasi telas selesai. Di bawah layar televisi juga disediakan majalah dewasa dan minuman kotak karton. Staf resepsionis juga memberitahu bahwa, dibutuhkan setidaknya 5 juta sel sperma agar bisa dilakukan pemeriksaan DFI.

Pukul 12.30 semua urusan selesai, dan kami pun pulang ke rumah. Beberapa menit kemudian, suami dapat notifikasi bahwa prosedur DFI bisa dilakukan. Alhamdulillah, kabar baik, berarti volumenya memenuhi syarat. Beberapa jam kemudian, hasil tes pun keluar. Berbeda dengan 2x AS sebelumnya, kali ini hasilnya Asthenoteratozoospermia. Sedangkan hasil DFI : 22,80. Karena sebelumnya saya diminta kembali periksa saat haid hari ke 1 atau 2 atau 3, maka hasil AS dan DFI belum bisa kami kabarkan ke Dokter Erick. Mohon doanya, semoga kelak proses pemulihan dari kondisi Asthenoteratozoospermia ke Normozoospermia berjalan lancar, aamiin.

Rincian biaya AS dan DFI

 

Harga Reguler

Harga Khusus

AS di Pramita

551.000

440.800

(member group WA PBH)

AS di Morula

695.000

390.000

(voucher discount 50%)

Paket AS & DFI di Pramita

1.919.000

1.727.100

(member group WA PBH)

Paket AS & DFI di Morula

2.200.000

-

Informasi tambahan, untuk prosedur paket AS & DFI di Morula dikenakan biaya administrasi sebesar 60.000.

Rabu, 09 April 2025

Vakum

Setelah enam tahun vakum, tanggal 25 Maret saya buat reservasi untuk konsul ke dokter obsgyn di RS Rajawali Citra pada tanggal 7 April karena diperkirakan hasil tes AMH saya akan keluar pada tanggal 4 April. Admin dari Ever Link Fertility Centre menjadwalkan video call untuk konsul AMH pada tanggal 4 April pukul 12 siang waktu Indonesia. Namun pada kenyataannya, maju dari jadwal semestinya. Saya ditelepon pukul 11 siang. Yang sedianya konsul dengan Dokter Arasu, digantikan oleh Dokter Raymond karena Dokter Arasu sangat sibuk dan penuh jadwal tindakan untuk pasien. Alhamdulillah setelah satu bulan lebih (tes AMH dilakukan tanggal 22 Februari), hasil tes AMH saya keluar dengan angka 4, 276 ng/ml. Menurut rerata, di usia saya (35-39 tahun) AMH berada di kisaran angka 0,364 - 5,66 ng/ml.

Tanggal 7 April jam setengah 5 sore kita sampai di RS RC, ambil nomor antrian di mesin, lalu nunggu panggilan di counter pendaftaran. Setelah dapat nomor antrian dari counter pendaftaran, kita bergegas menuju ruang poli KIA. Jam 17.15 nama saya dipanggil oleh petugas untuk timbang badan, tensi darah dan cek denyut nadi, dan berikut hasilny :

BB

46 kg

Tensi

131/78

Nadi

97

Haid Terakhir

15 Maret

 

 Jam setengah 8 malam Dokter Erick baru datang. Karena saya dapat antrian nomor 38, jadilah kami baru masuk ruang konsul menjelang jam 9. Sebelum konsul, dokter melakukan USG TransV. kaena kondisi saya sedang tidak haid, maka saya diminta kontrol kembali saat saya haid hari ke 1 atau 2 atau 3. Sementara menunggu jadwal haid berikutnya, suami diminta untuk AS ulang dan DFI di lab Pramita atau Morula. Sebelum berangkat konsul, berikut ini hal apa saja yang saya siapkan dari rumah, yaitu :

1) Hasil AS suami

2) Hasil HSG saya

3) Hasil AMH saya

Setelah konsul selesai, kami diresepkan beberapa vitamin berikut untuk dikonsumsi, yaitu :

1) QueenVit, sebanyak 30 kaplet, untuk saya

2) KingVit, sebanyak 30 kaplet, untuk suami

3) L-Vit D3 5000 iu Cholecalciferol sebanyak 60 tablet untuk saya dan suami (masing-masing 30 tablet)

Jam setengah 10 kami selesai melakukan transaksi pembayaran dan pengambilan obat. Berikut rincian pembayaran :


Akomodasi USG Transvaginal

25.200

Farmasi

842.386

Instalasi rawat jalan

14.500

USG Transvaginal

83.600

Total

965.686

 

Semua biaya yang dikeluarkan mandiri, tidak ditanggung BPJS.


Selasa, 30 Agustus 2022

turning thirty five

Happy birthday to me and my dreams.

May this year be sweet as honey, kind as an angel and hopeful as the rainbows.

As I grow older, I am grateful to be alive and for all the people in my life.



Minggu, 28 Agustus 2022

SIM Jateng, KTP Bantul DIY

Pengalaman Perpanjang SIM Di Polres Bantul


Dokumen yang perlu dipersiapkan :

Fotokopi KTP sebanyak 3 lembar (1 lembar untuk tes kesehatan, 1 lembar untuk tes psikologi, 1 lembar untuk cadangan)

Fotokopi SIM sebanyak 3 lembar (1 lembar untuk tes kesehatan, 1 lembar untuk tes psikologi, 1 lembar untuk cadangan)

 

Saya tiba di Polres Bantul pukul 07.45 WIB, lalu parkir kendaraan di samping masjid (gratis). Setelah itu saya pergi menuju lokasi cek kesehatan di depan TK, lalu saya ambil nomor antrian, nantinya petugas akan memanggil sesuai urutan nomor antrian.

Ketika sudah dipanggil, saya masukkan nomor antrian ke wadah lalu saya serahkan fotokopi KTP 1 lembar dan fotokopi SIM 1 lembar kepada petugas. Petugas menanyakan tentang BB, golongan darah dan berkacamata atau tidak lalu diukur tekanan darah. Biaya yang dikeluarkan sebesar 25.000 rupiah.

Setelah itu saya pergi menuju lokasi tes psikologi di dalam gang sempit, saya tulis nama dan nomor HP lalu ambil nomor antrian, nantinya petugas akan memanggil sesuai urutan nomor antrian.

Ketika sudah dipanggil, saya siapkan pena, fotokopi KTP 1 lembar dan fotokopi SIM 1 lembar. Petugas lalu memberikan 2 formulir kosong (warna biru dan putih) untuk diisi seelah mendengar penjelasan dari petugas. Terdapat 30 butir pertanyaan yang harus dijawab dengan memberi tanda centang pada kolom “YA” atau “TIDAK”. Jika sudah terisi semua lalu serahkan pada petugas. Saya diminta untuk menunggu di luar ruangan nantinya petugas akan memanggil nama peserta guna mendapatkan formulir biru. Biaya yang dikeluarkan sebesar 50.000 rupiah.

Kemudian saya beralih menuju ke gedung SATPAS (warna biru). Saya serahkan semua dokumen di loket paling kiri, petugas lalu menuliskan nomor antrian pada dokumen. Kemudian saya menuju ke loket pembayaran (loket paling kanan). Biaya yang dikeluarkan untuk perpanjang SIM C sebesar 78.000 rupiah. Petugas lalu memberikan 1  formulir kosong (warna biru) untuk diisi. Setelah itu, saya naik ke lantai 2 untuk mengisi formulir tersebut di meja yang sudah di sediakan. Selesai mengisi formulir, saya menunggu di ruang tunggu yang sudah disediakan, nantinya petugas akan memanggil nomor antrian (per 5 nomor). Di loket 1, saya serahkan semua dokumen dan SIM asli. Petugas menanyakan tentang nama, TTL, alamat, pekerjaan, golongan darah, dan jenis SIM.

Selesai verifikasi data, saya kembali menunggulah di depan loket 2, nantinya petugas akan memanggil nomor antrian (per 5 nomor). Ketika sudah dipanggil, saya masuk ke loket 2, petugas lalu memotret, meminta saya menuliskan tanda tangan dan menempelkan sidik jari. Setelah proses tersebut selesai, saya kembali menunggu di depan loket 3, nantinya petugas akan memanggil nama. Ketika sudah dipanggil, saya masuk ke loket 3, petugas lalu menyerahkan SIM baru yang sudah jadi. Saya keluar dari gedung SATPAS pukul 08.55 WIB. Kini aturan terbaru, masa berlaku SIM tidak berdasarkan tanggal lahir, namun berdasarkan tanggal terbit SIM.

JeNiPer

 

Nyoba Promil Perasan Jeruk Nipis Murni

Sekitar akhir bulan Maret, saya nyoba jeniper (jeruk nipis peras) atas rekomendasi dari teman sejawat yang juga sedang berjuang untuk mendapatkan buah hati. Dia sertakan pula video dari Ustadz Salim A Fillah (istri beliau yang ikhtiar jeniper) untuk saya tonton. Setelah saya search di kanal
youtube
, ternyata ada dua versi promil jeniper yaitu ganjil dan genap.

Yang dilakukan oleh istri Ustadz Salim adalah yang versi ganjil, sedangkan rekomendasi dari aktris senior Dewi Yul adalah versi genap. Lalu apa bedanya? Jumlahnya.

Jika dihitung total keseluruhan, maka versi genap lebih banyak. Lalu versi mana yang saya coba? Genap. Kenapa? Karena saya dapat limpahan jeruk nipis dari teman saya yang sudah lebih dahulu mencoba. Dia mencoba versi ganjil. Sejujurnya saya sendiri ragu, mengingat saya punya riwayat sakit maag, khawatir kalau nanti akan memicu sakit maag saya kambuh. Apalagi teman saya hampir pingsan saat jumlah jeniper yang dikonsumsi semakin banyak. Apakah saya sanggup? Apalagi harus jeniper murni, tanpa campuran apapun, tak terbayang betapa asamnya.

Butuh waktu berhari-hari untuk meyakinkan diri mencoba promil ini. Bismillah, setidaknya mencoba, kalau toh belum berhasil, berarti belum rejekinya.

Promil jeniper harus dilakukan selama 14 hari penuh tanpa jeda, tanpa lupa (sebaiknya saat selesai haid). Jeniper juga harus dikonsumsi murni tanpa campuran apapun. Jeniper harus diminum saat perut kosong alias belum makan apapun, sebaiknya saat bangun tidur. Berikut rincian jumlah jeniper yang saya coba :


Hari ke 1 : 2 butir

Hari ke 2 : 4 butir

Hari ke 3 : 8 butir

Hari ke 4 : 12 butir

Hari ke 5 : 16 butir

Hari ke 6 : 20 butir

Hari ke 7 : 24 butir

Hari ke 8 : 24 butir

Hari ke 9 : 20 butir

Hari ke 10 : 16 butir

Hari ke 11 : 12 butir

Hari ke 12 : 8 butir

Hari ke 13 : 4 butir

Hari ke 14 : 2 butir


Gimana rasany? Asam banget. Awal nyoba, 3 hari berturut-turut bibir saya kering mengelupas. Mungkin karena kandungan vitamin C yang tinggi bereaksi pada tubuh saya yang kurang konsumsi air putih. Di hari berikutnya kondisinya sudah lumayan membaik tapi giliran pencernaan saya yang bermasalah. Saya terus menerus BAK dan BAB, makin lama justru jadi diare. Ini berlangsung sekitar seminggu lamanya. Sejujurnya di titik ini saya sudah hampir menyerah. Ditambah jumlah jeniper yang semakin banyak, sehingga semakin lama juga waktu yang saya butuhkan untuk meminumnya. Yang paling sangat terasa adalah saat jeniper mencapai puncaknya yaitu 24 butir selama 2 hari. Durasi saya menghabiskan adalah 6 jam, saya minum dari mulai jam 6 pagi, dan saya baru sanggup menghabiskannya jam 12 siang. Jadi selama waktu tersebut, perut saya hanya terisi perasan air jeruk nipis murni, padahal saya tetap mengajar, lemes banget rasanya, persis kayak orang puasa. Dan pada akhirnya saya sanggup menyelesaikan 14 hari tanpa terlewat satupun. Gimana hasilnya? Belum berhasil. Nyesel ga? I would say no. Karena ini ikhtiar, mungkin Allah masih ingin saya dan suami mencoba lagi.

Dan tanpa saya sadari, dalam kurun waktu 14 hari, BB saya turun 1 kg. Memang tidak banyak, tapi ini adalah cara penurunan BB paling ekonomis dan tetap bisa makan enak. Untuk promil ini saya menghabiskan kira-kira 5 kg jeruk nipis. Harga per kilogramnya 7 ribu rupiah. Manfaat lainnya adalah bruntusan dan jerawat di muka saya mengempis, memang tidak benar-benar hilang, tapi muka terasa sedikit lebih halus. Konon katanya, jeniper murni ampuh untuk mencerahkan warna kulit jika dikonsumsi rutin.

Apakah sakit maag saya kambuh? Ajaibnya saya justru tidak merasakan sakit maag sama sekali. Padahal saya butuh waktu setidaknya 1 jam untuk benar-benar menghabiskan jeniper karena tidak bisa sekali teguk. Saya hanya merasakan lemas karena terus-menerus BAK dan BAB, bukan rasa perih di lambung. Disarankan untuk minum segelas air putih setelah 10-15 menit, baru bisa makan. Ada hari dimana saya minum jeniper saat puasa (berbuka). Jadi menu ifthor saya adalah jeniper dan tidak terasa perih sama sekali.

Memang sebaiknya promil ini dikonsumsi berdua dengan pasangan, tapi berhubung suami saya tidak tahan dengan rasa asamnya, jadilah saya sendiri yang mencobanya. Jika ingin promil jeniper kembali, maka sebaiknya beri jeda kurang lebih 6 bulan dari kali pertama. Saya pertama mencoba bulan Maret dan sekarang bulan Agustus, itu artinya ada jarak 5 bulan. Apakah bulan depan saya berniat mencoba promil jeniper lagi? Kita tunggu saja.

Minggu, 20 Oktober 2019

Natural Conception


Trying To Conceive (Natural Conception)

Tanggal 14 september, hari sabtu, saya dirujuk oleh dokter Anis Widyasari ke ahli fertilitas bernama dokter Uki Retno B, Sp. OG (K) yang berlokasi di Klaten. Kenapa sampai jauh ke Klaten? Karna saya hanya ingin diperiksa oleh dokter perempuan, dan dokter Uki adalah rekomendasi ahli fertilitas terbaik menurut dokter Anis. Singkat cerita, suami saya dapat nomor kontak dokter Uki, beliau menyarankan untuk langsung datang ke RSI Klaten. Jadilah sabtu sore saya dan suami pergi ke RSI Klaten. Jarak tempuh dari Jogja ke Klaten kurang lebih 1 jam perjalanan dalam kondisi normal alias tidak macet. Karna baru pertama kali, kami tidak tahu kalau ada 2 gedung yaitu gedung lama untuk pasien regular dan gedung baru untuk pasien eksekutif. Kami parkir di depan gedung lama lalu jalan agak jauh menuju gedung baru. Sesampainya di gedung baru kami tanya pak satpam lalu diarahkan untuk masuk di ruang tunggu poliklinik eksekutif. Oleh perawat saya ditanya riwayat medisnya, dicek tekanan darahnya, disuruh nimbang, lalu diminta nunggu giliran dipanggil.

Tiba giliran saya masuk, suami saya menyerahkan dokumen hasil analisis sperma dan HSG serta surat rujukan dari dokter Anis. Dokter Uki memeriksa satu per satu sembari bertanya sudah menikah berapa lama dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan sejauh ini. Setelah itu saya diminta berbaring karna akan diperiksa, oleh perawatnya saya diberitahu kalau akan diperiksa lewat “bawah”. Omaigat, itu artinya akan diUSG Transvaginal. Seketika rasanya takut banget karna terbayang saat dulu HSG. Sungguh tidak nyaman, malu dan sakit. Singkat cerita, dokter memotret hasil USG lalu mencetaknya. Dokter meresepkan obat Profertil (untuk 5 hari) dan Inlacin (untuk sebulan). Kami diminta datang lagi hari kamis tanggal 19 september. Keluar dari ruang periksa rasanya sedih banget, ya Allah sebegininya perjuangan kami harus sampai sejauh ini. Suami saya lalu pergi ke loket farmasi untuk membayar tagihan dan menukar resep sementara saya menunggu sembari duduk bersedih. Setelah mendapatkan obat, kami diskusi cukup lama di mobil sambil menenangkan hati dan perasaan yang masih sedih.
Profertil tab 50 mg (10 butir)
(Tablet 50 mg, Clomiphene 50 mg, 30 menit sesudah makan)
Inlacin 100 mg cap (30 butir)
(Lagerstroemia speciosa, 30 menit sesudah makan)
Poliklinik eksekutif
125.000
USG Transvaginal
147.500
R/ Profertil tab 50 mg
199.080
R/ Inlacin 100 mg cap
205.050
Total
676.630

Tanggal 19 september, hari kamis. Kami tiba di RSI kira-kira jam setengah 6 petang. Dokter datang kira-kira jam 7 malam. Begitu tiba giliran, saya masuk ruang periksa, langsung diUSG Transvaginal. Setelah melihat hasil USG, dokter menawarkan untuk langsung injeksi mengingat usia pernikahan kami yang terbilang sudah cukup lama yakni 5 tahun dengan konsekuensi harganya mahal. Suami saya mantap mengiyakan. Dokter lalu meresepkan obat yang harus disuntikkan. Injeksi ini akan berlangsung selama 4 hari berturut-turut dan dilakukan pada waktu yang sama. Suami saya lalu pergi ke loket farmasi untuk membayar tagihan dan menukar resep. Setelah mendapatkan obat, kami diminta kembali ke ruang periksa untuk injeksi. Jarumnya kecil, dosisnya 75 ml, dan disuntikkan di perut secara bergantian (hari pertama injeksi di perut bagian kanan). Butuh waktu beberapa menit untuk saya menenangkan dan mempersiapkan diri. Rasanya agak sedikit sakit, mungkin karna kaget dan belum terbiasa. Saya disuntik kira-kira jam setengah 8 malam. Hari berikutnya kami minta tolong Mba Nanik (sekarang perawat di RS NH, dulu teman SMA suami saya) untuk menyuntikkan (hari kedua injeksi di perut bagian kiri). Saya disuntik kira-kira jam 8 malam.
Poliklinik eksekutif
125.000
USG Transvaginal
147.500
R/ Gonal – F 300 IU
2.571.965
Total
2.844.465

Tanggal 21 september, hari sabtu. Kami tiba di RSI kira-kira jam 4 sore. Begitu tiba giliran, saya masuk ruang periksa, langsung diUSG Transvaginal. Dokter memeriksa dan mengukur diameter sel telur dan terlihat di layar hasilnya menunjukkan angka 12 mm, padahal seharusnya 18 mm. Masih ada harapan karna obat masih tersisa 150 ml untuk 2 hari yakni hari ini dan besok. Berhubung waktu periksanya lebih awal maka jadwal injeksinya pun akhirnya maju 2 jam. Saya disuntik kira-kira jam setengah 6 petang (hari ketiga injeksi di perut bagian kanan). Hari berikutnya kami minta tolong Mba Nanik (sekarang perawat di RS NH, dulu teman SMA suami saya) untuk menyuntikkan (hari keempat injeksi di perut bagian kiri). Saya disuntik kira-kira jam setengah 7 petang.
Poliklinik eksekutif
125.000
USG Transvaginal
147.500
Total
272.500


Tanggal 23 september, hari senin. Kami tiba di RSI kira-kira jam setengah 6 petang. Saat itu tidak terlalu banyak calon pasien, hanya ada 4 pasang suami istri. Biasanya, dokter datang kira-kira jam 7 malam, namun sampai jam setengah 8 malam belum ada kabar dan kami diminta menunggu oleh perawatnya. Jam 8 malam dokter mengabarkan bahwa beliau harus melakukan prosedur operasi Caesar pada pasien yang sudah d vacuum namun gagal. Ketiga calon pasien mohon diri untuk pulang dan indent daftar untuk besok pagi. Tinggallah saya dan suami. Tepat jam 9 malam dokternya datang. Begitu dipanggil, saya masuk ruang periksa, langsung diUSG Transvaginal. Dokter memeriksa dan mengukur diameter sel telur dan terlihat di layar hasilnya menunjukkan angka 14 mm, masih kurang 4 mm lagi. Akhirnya dokter meresepkan untuk injeksi lagi namun dengan obat yang berbeda dan harus dioplos terlebih dahulu. Karna bagian farmasi eksekutif sudah tutup maka kami pergi ke bagian farmasi regular di gedung lama. Setelah membayar tagihan dan menukar resep, kami naik lift ke lantai 2 menuju ruang poliklinik nomor 11. Saat saya berbaring, perawat menyiapkan suntikan dan mengoplos obatnya. Saya disuntik di perut bagian kanan kira-kira jam setengah 10 malam. Dengan jarum yang lebih besar dan lebih panjang, rasanya aduhai sakitnya dan pegel. Butuh beberapa menit untuk saya menunggu hingga rasa sakitnya agak berkurang.
Poliklinik eksekutif
125.000
USG Transvaginal
147.500
Injecti Kenacort Intradermal
54.000
R/ Menopur Inj
1.410.826
R/ Spuit 3 cc terumo
10.722
R/ Needle 23 TRM
1.914
Total
1.749.962
Tanggal 24 september, hari selasa, kami minta tolong Mba Nanik (sekarang perawat di RS NH, dulu teman SMA suami saya) untuk menyuntikkan (hari kedua injeksi di perut bagian kiri). Saya disuntik kira-kira jam setengah 8 malam di RS NH. Rasanya aduhai sakitnya dan pegel. Butuh beberapa menit untuk saya menunggu hingga rasa sakitnya agak berkurang.

Tanggal 25 september, hari rabu. Kami tiba di RSI kira-kira jam 6 petang. Dokter datang kira-kira jam 7 malam. Begitu tiba giliran, saya masuk ruang periksa, langsung diUSG Transvaginal. Dokter memeriksa dan mengukur diameter sel telur, hasilnya bagus dan siap dibuahi. Kami pun ditanya apakah akan inseminasi alami atau buatan? Berhubung kami awam dunia kesehatan, kami pun meminta saran terbaik dari dokter. Menurut pendapat dokter Uki, karna tindakan yang dilakukan untuk saya sudah sejauh ini maka lebih baik langsung inseminasi buatan, mengingat usia pernikahan kami yang sudah cukup lama. Setelah konsultasi masalah biayanya, suami saya mantap mengiyakan untuk tindakan inseminasi buatan. Dokter lalu meresepkan obat yang harus disuntikkan untuk memecah sel telur. Suami saya lalu pergi ke loket farmasi untuk membayar tagihan dan menukar resep. Setelah mendapatkan obat, kami diminta kembali ke poli eksekutif guna diberitahu cara menyuntikkan obatnya dan cara menyimpannya.
Poliklinik eksekutif
125.000
USG Transvaginal
147.500
R/ Ovidrel 250 micrograms
(Choriogonadotropin alfa)
914.691
Total
1.187.191

Tanggal 26 september, hari kamis, kami ke rumah Mba Nanik untuk minta tolong menyuntikkan obat Ovidrel. Saat pertama diberitahu dosis obatnya, Mba Nanik tercengang. Hal itu membuat saya khawatir, jangan-jangan bakal sakit rasanya. Lalu saya berbaring sembari menunggu Mba Nanik menyiapkan obatnya. Setelah obat berhasil disuntikkan, benar dugaan saya, rasanya sungguh luar biasa, pegelnya minta ampun, sampai meleleh air mata saya. Mba Nanik mencoba menenangkan dengan mengusap-usap punggung tangan saya. Cukup lama rasa nyerinya, kira-kira setelah 5 menit saya baru bisa duduk. Saya disuntik kira-kira jam 8 pagi. Kami tidak bias berlama-lama di sana karna sebentar lagi Mba Nanik masuk shift siang, kami pun pulang. Ini adalah injeksi terakhir sebelum tindakan IUI.

Assisted Reproduction
IUI (Intra-Uterine Insemination)

Tanggal 27 september, hari jumat. Kami berangkat dari rumah kira-kira jam 2 siang. Sebelum berangkat ke RSI kami mengabarkan perihal inseminasi ini ke keluarga, saudara, dan rekan-rekan di sekolah sekaligus mohon doa dan mohon dimaafkan segala salah dan khilaf. Tidak kami duga, ternyata banyak sekali rekan kerja yang mengirimkan doa agar proses inseminasi ini berjalan lancar dan diberikan hasil yang terbaik. Rasanya trenyuh, terharu, bikin pengen nangis, sedemikian besar rasa kepedulian dan perhatian mereka. Semoga Allah SWT mengabulkan doa-doa baik kita, aamiin.

Jam 3 sore kami masih dalam perjalanan, karna sudah masuk waktu ashar, maka kami pun mampir ke masjid untuk sholat ashar. Kira-kira jam 4 sore, kami tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke loket pendaftaran di gedung lama. Setelah mendapat print out nomor pendaftaran, kami langsung menuju ke ruang laboratorium. Ternyata hari itu akan ada 2 pasang pasutri yang akan melakukan tindakan inseminasi. Calon pasien yang pertama namanya Mba Dewi, dan kami yang kedua, sehingga kami diminta untuk menunggu terlebih dahulu sampai tindakan untuk calon pasien pertama selesai dilakukan. Sembari menunggu dipanggil, kami diminta menyebutkan tanggal lahir dan nomor telepon yang bias dihubungi.

Saat tiba giliran kami, seorang perawat laki-laki membawa kami masuk ke sebuah ruangan namanya recovery room. Ruangan tersebut terbagi menjadi 2 yang dipisahkan oleh pintu. Ruangan bagian depan berisi single bed ala rumah sakit, sedangkan ruangan bagian belakang berisi king bed size ala rumah tangga, wastafel, dan kamar mandi. Sejenak perawat tersebut meminta kami untuk duduk dan mendengarkan arahannya. Dijelaskan bahwa suami saya harus mengeluarkan seluruh spermanya, harus semuanya, lalu ditampung dalam wadah semacam botol transparan ukuran sedang. Kami diminta mengingat dan mencatat jam/ waktu saat ejakulasi terjadi. Agar suami bias ejakulasi maka istri boleh membantu, namun kami dilarang melakukan hubungan intim. Begitu nanti perawatnya keluar, kami diingatkan agar menutup dan mengunci pintunya. Setelah selesai memberikan penjelasan, perawat laki-laki tersebut pun pamit keluar. Sungguh geli rasanya mendengarkan penjelasan mengenai hal-hal intim begitu dari orang lain di depan suami sendiri. Menurut pendapat suami saya, tindakan seperti itu justru lebih syariah karna istri diperkenankan masuk dan membantu proses ejakulasi. Dulu pengalaman suami ketika analisis sperma, istri tidak boleh masuk, bahkan oleh perawat diputarkan film erotis sehingga memunculkan fantasi liar.
Singkat cerita, suami saya berhasil ejakulasi pukul 16.44, angka cantik serba 4. Karna suami saya perlu membersihkan diri, maka saya bawa hasil sperma tersebut ke laboratorium. Setelah saya serahkan, saya diberitahu bahwa sperma tersebut akan segera diproses, dan bila nanti prosesnya sudah selesai, hasilnya akan langsung diantarkan ke poli eksekutif kira-kira jam 7 malam. Dan selama menunggu hingga waktu tersebut, kami diperbolehkan untuk mandi wajib, lanjut sholat maghrib. Selesai sholat maghrib, kami langsung menuju ke poli eksekutif. Awalnya kami diminta melengkapi dokumen yang harus dikumpulkan berupa fotokopi KTP, KK, dan surat nikah. Setelah dicek tekanan darah kami berdua, suami saya diminta untuk kembali ke loket pendaftaran guna mendaftarkan diri dan mengisi formulir. Sekembalinya suami dari loket pendaftaran, kami mendapat kartu periksa lengkap dengan name kami masing-masing dan nomor rekam medis. Selanjutnya kami diminta untuk menuliskan data diri pada form kesediaan tindakan medis lengkap dengan tanda tangan kami berdua. Berhubung saya kepo, banyak hal yang saya tanyakan ke perawatnya, dan kesimpulannya adalah:
1)     Proses tindakan IUI dilakukan kurang lebih 30 menit kalau bias tenang dan rileks
2)    Tidak didahului dengan USG TransVaginal
3)    Akan dibekali obat penguat rahim yang harus dimasukkan lewat vagina
4)    Suami juga akan dibekali obat  tersendiri
Selesai mendengar adzan, lalu kami bergegas sholat isya, khawatir kalau-kalau dokternya keburu datang. Selama menunggu tindakan IUI pasien pertama, sudah tak terhitung lagi berapa kali saya keluar masuk toilet, saking tegangnya. Kira-kira jam setengah 9 malam, giliran saya dipanggil, takut banget rasanya. Kali ini saya diminta masuk ke ruang inseminasi, bukan lagi ruang periksa seperti biasanya. Saya diminta melepas celana dan celana dalam lalu berbaring di atas bed untuk persalinan dan memakai selimut. Sembari menunggu dokter Uki datang, perawat menyiapkan alat-alat yang akan digunakan, sayangnya alat-alat tersebut ditutup oleh kain sehingga saya tidak bias melihatnya dengan jelas. Ketika dokter Uki datang, saya diminta untuk menaikkan kedua kaki, lalu suami diminta untuk duduk di sebelah kanan saya, sementara dokter Uki menyalakan lampu sorot lalu memakai handscoen. Proses tindakan IUI diawali dengan membersihkan organ intim dengan cairan (entah apa namanya, mungkin antiseptic). Setelah itu dokter memasukkan alat berupa cocor bebek, di sinilah rasa sakit itu dimulai. Karna saya tegang, maka alhasil alat tersebut tidak bias masuk. Akhirnya dokter memilihkan alat dengan ukuran yang paling kecil special untuk saya, special di hari ulang tahun beliau. Reflex saya ucapkan barakallah fii umrik dokter, dan itu cukup untuk sejenak mengalihkan perhatian saya. Setelah itu saya tidak tahu lagi alat apa saja yang dimasukkan lewat vagina saya, yang jelas hanya rasa sakit yang saya rasakan, seperti ditusuk berkali-kali. Meskipun yang keluar dari mulut saya adalah ucapan istighfar, namun saya ucapkan dengan teriak, karna saking sakitnya. Berulangkali suami saya mengingatkan agar saya tidak berteriak, khawatir nanti akan mengganggu konsentrasi dokter Uki, tapi saya betul-betul tidak bias menahan rasa sakitnya. Entah apa yang ditanyakan oleh perawat ke suami saya, dan entah apa yang ditanyakan oleh dokter ke perawat di samping kiri saya, yang jelas saat itu yang saya inginkan hanyalah proses tersebut cepat selesai. Akhirnya puncak dari rasa sakit adalah ketika alat cocor bebek tersebut dilepaskan, sungguh nyeri rasanya. Tak lupa saya ucapkan terima kasih dan permintaan maaf pada dokter Uki atas kehebohan ulah saya yang tidak bisa menahan rasa sakit.
Begitu semua alat selesai dicabut, dokter Uki memanggil suami saya. Dijelaskan bahwa IUI adalah tindakan menyemprotkan sperma ke mulut Rahim, hanya mendekatkan sperma ke ovum, bukan mempertemukan, sehingga diharapkan sperma dapat bertemu ovum dengan sendirinya.
Sementara dokter Uki memberikan penjelasan, ternyata tindakan untuk saya belum berakhir. Perawat menjelaskan bahwa saya harus diberi obat penguat rahim yang harus dimasukkan lewat vagina. Tetapi karna saya baru saja selesai tindakan IUI, maka khusus hari itu obat akan dimasukkan secara rektal atau melalui anus. Tanpa basa basi, perawat langsung membuka segel obat, meminta saya menarik nafas panjang, lalu memasukkan obat tersebut ke anus saya, sakit. Selesai tindakan, perawat mencuci semua peralatan sembari menjelaskan bahwa kami diberi 1x kesempatan untuk berhubungan intim yaitu pada hari minggu, jamnya terserah bias pagi, siang, sore atau malam, dan jangan lupa memasukkan obat vaginal sebelum tidur. Sebelum keluar, saya diminta untuk tetap berbaring selama 15 menit.
Begitu dokter Uki dan perawat keluar ruangan, pecahlah tangis saya. Sungguh terharu, sebegininya perjuangan saya agar bias hamil. Hari itu untuk pertama kalinya suami saya melihat perjuangan saya dari awal sampai akhir, karna saat dulu HSG suami tidak diperkenankan masuk ke ruang tindakan. Agar sedikit tenang, saya meminta suami saya untuk bersama-sama murojaah juz 30, walaupun pada akhirnya air mata saya tetap meleleh juga. Kira-kira jam setengah 10 malam, suami saya diminta untuk membayar tagihan dan menukar resep, ada 2 macam obat untuk saya dan 1 macam obat untuk suami saya. Saya sendiri sudah diperbolehkan duduk dan memakai celana. Kami keluar dari ruang tindakan menuju ke tempat parker. Perjalanan kurang lebih selama 1 jam menuju jogja. Kami mampir beli sate dan tongseng karna sedari ashar kami belum makan nasi, hanya sempat makan siomay, tetapi karna jumlah antriannya banyak, jadilah kami menunggu cukup lama. Tepat jam 12 tengah malam kami sampai di rumah.

Methylprednisolone 4 mg (15 butir)
125.000
Cygest Progesterone 400 mg (15 pesari)
147.500
Oligocare Tablets (30 tablets)
125.000