Pekan yang lalu saya
iseng scroll Instagram dan mendapati flyer sebuah klinik menawarkan voucher
konsultasi dan USG gratis, dengan catatan hanya berlaku hingga tanggal 30 Mei
2025. Saya hubungilah kontaknya untuk menanyakan syarat dan ketentuannya. Lalu dibalaslah
oleh admin dan disebutkan bahwa terdapat 10 syarat dan ketentuan yang berlaku. Setelah
saya cermati, saya cukup memenuhi syarat yang ditawarkan. Maka saya konfirmasi
bahwa saya akan mendaftar. Oleh admin, saya diminta melengkapi formulir yang
berisi 9 pertanyaan tentang data diri calon pasien serta tanggal appointment. Setelah selesai membuat appointment, admin menginformasikan
tentang persyaratan pasien baru agar membawa KTP dan buku nikah.
Selang beberapa hari
setelahnya, saya dihubungi oleh admin yang berbeda. Beliau adalah patient support. Beliau menghubungi saya untuk keperluan anamnesa atau
menanyai seputar riwayat kesehatan serta promil.
Saya lupa ada berapa jumlah pertanyaan yang diajukan, tapi intinya semua
pertanyaan tentang riwayat kesehatan pribadi pasien dan pasangan. Hampir kurang
lebih setengah jam mungkin sesi tanya jawab dengan patient support.
Sore
hari itu, tanggal 20 Mei 2025, saya memang sudah terjadwal konsultasi dan
tindakan USG dengan dokter jam 3, sehingga saya diminta datang 30 menit lebih
awal untuk registrasi ulang, pengukuran tensi dan timbang badan. Menjelang jam
3 kita sampai di klinik, lalu dipersilakan duduk di ruang tunggu sembari
menunggu panggilan.
Tiba
giliran saya dipanggil untuk registrasi ulang, lalu ke bagian nurse station untuk pengukuran tensi dan timbang badan, dan hasilnya
adalah :
TD |
136/82mmHg |
BB |
47,6
kg |
HPM |
19/5/2025 |
Oleh
admin diinformasikan bahwa saya harus buang air kecil dulu sebelum tindakan,
dan dokter Erick sudah dalam perjalanan menuju klinik. Tidak berselang
lama dokter Erick datang, saya bergegas ke toilet. Setelahnya kami dipersilakan masuk ke ruang
dokter. Sebelum dilakukan pemeriksaan, dokter Erick terlebih dahulu menanyakan
tentang hasil AMH, AS, DFI, HSG dan IUI sebelumnya. Setelah itu, dilakukanlah tindakan
USG TransV dengan didampingi patient support. Dokter Erick banyak bertanya
tentang riwayat haid saya, lalu menjelaskan bahwa ada adenomiosis dan kista
coklat berukuran 1,6 cm. Kaget? Pasti lah
Tapi
saya menyadari, saya sudah 6 tahun vakum promil, sehingga selama rentang waktu
itu bisa saja terjadi sesuatu di dalam rahim saya. Meski dalam hati juga
bertanya-tanya, apakah ini muncul tiba-tiba? Mengingat ukuran kistanya belum
begitu besar. Atau sebenarnya sudah ada sejak dulu, namun dokter-dokter
sebelumnya tidak memberitahukan? Entahlah
Kenapa
lama banget nunggunya sampai 6 tahun baru tergerak hati ke dokter lagi? Karena setelah
gagal insem, saya terpuruk. Sedih? Jelas
Why?
Karena uang jutaan melayang sia-sia. Kecewa, karena orang tua justru
menyalahkan saya yang tidak sadar diri bahwa usia semakin
menua, menganggap saya
bodoh, tidak bisa berpikir, hanya karena saya tidak bersedia mengikuti anjuran
untuk mencoba akupuntur. Saya merasa sendiri, tidak punya support system. Tapi saya
belajar bahwa tiap pribadi pejuang garis dua pasti pernah melalui fase kelam,
terpuruk, seakan menyalahkan takdir. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan bahwa
sesungguhnya kamu itu kuat lho, buktinya kamu diterpa ujian ini, kamu mampu
melaluinya.
Kembali
ke temuan di dalam rahim saya, untuk masalah adeno, cukup logis, karena sejak
SMA, ketika saya haid memang sakit luar biasa. Cuma waktu itu masih miskin
ilmu, minim wawasan juga, jadi saya abaikan, sesekali beli dan minum kiranti,
meski ngga ada efeknya juga. Setelah kuliah, beruntung ada teman yang ngasih
tahu tentang obat pereda nyeri. Sejak saat itu sampai sekarang, tiap kali
haidnya sakit, saya pasti langsung minum obat agar tetap bisa beraktifitas. Dan
tentang obat ini pun saya sebutkan ke dokter Erick.
Kembali
tentang USG, menurut saya yang minim pengalaman karena sejauh ini baru “shopping”
5 dokter saja, dokter Erick adalah yang paling detail penjelasannya. Entah ya,
saat dulu insem, mungkin waktu itu saya masih sedikit ilmu, benar-benar minim
wawasan, jadi ketika dokter bilang apa, saya iya-iya saja, manut, pasrah. Tapi memang
menurut saya, sekarang saya lebih persiapan, sudah tidak blank headed
saat datang ke dokter, jadi pertanyaan-pertanyaan saya lebih terarah, lebih
mendetail juga, karena sudah ada bekal pengetahuan hasil dari ikut-ikut webinar
dan seminar.
Kurang
lebih mungkin ada setengah jam kami konsultasi dengan dokter Erick hingga akhirnya
suami disarankan untuk cek hormon LH, FSH dan Testosteron. Dan jika kami sudah
mantap menghendaki program IVF, maka kami perlu melakukan skrinning yang
meliputi :
Untuk
istri |
Untuk
suami |
Anti
HIV |
Anti
HIV |
Anti
Toxoplasma |
HBSAg |
Anti
Rubella |
Anti
HCV |
Anti
CMV |
VDRL |
HBSAg |
|
Anti
HCV |
|
VDRL |
|
Untuk
skrinning bisa dilakukan di laboratorium manapun.
Setelah
sesi konsultasi selesai, kami diminta kembali ke nurse station untuk
mengambil buku catatan pemeriksaan dan print
out USG. Kami juga banyak bertanya
tentang estimasi biaya IVF di situ. Setelah itu kami diminta ke kasir untuk
bayar, dengan rincian :
Administrasi
JIH |
27.750 |
BFS
Promotion : Consultation
and USG |
532.800 |
Clinic
Administration |
66.600 |
Patient
Medication Record Book |
38.850 |
Total
+ PPN |
666.000 |
PPN
dibebaskan |
66.000 |
Sedianya
kami harus bayar total 600.000, namun karena saya klaim voucher, maka dapat
promo diskon 480.000, sehingga hanya membayar 120.000 saja. Setelah itu kami
pindah ke bagian farmasi untuk copy
resep. Kami berdua diresepkan :
Queenvit Sebanyak 30 tablet |
Untuk istri |
Diminum pagi hari |
Kingvit Sebanyak 30 tablet |
Untuk istri |
Diminum pagi hari |
L Vit D3 5000 iu Sebanyak 60 tablet |
Untuk suami istri |
Diminum pagi hari |
Q-Hart Sebanyak 60 tablet |
Untuk suami istri |
Diminum malam hari |
Mengapa
kami memilih copy resep? Karna saat
admin menunjukkan struk resep, tertera 2 juta sekian untuk bayar obat tersebut.
Dan memang admin menawarkan, ambil obat atau copy resep saja? Jadi kami pilih copy resep saja, nanti beli di apotek yang harganya jauh lebih
terjangkau.
Kesimpulannya,
saya lega bisa periksa dalam kondisi sedang haid, dapat voucher pula, sehingga
lebih ringan biayanya. Karena jika semakin saya tunda, semakin tidak tahu
bagaimana kondisi di dalam rahim saya saat ini. Beruntung sekarang terdeteksi,
karena selama ini kami berada dalam kategori unexplained infertility, karena
berkali-kali USG TransV sebelum insem namun tidak ditemukan apa-apa baik itu
miom, kista, perlengketan, dll.
PR
saya selanjutnya adalah browsing
harga pemeriksaan LH, FSH dan Testosteron di laboratorium mana yang paling
terjangkau alias murah.